Senin, 13 September 2010

SKIZOFRENIA

 Skizofrenia merupakan bagian dari Psikosis. Psikosis adalah penyakit pikiran dan kejiwaan, yang menyebabkan struktur kehidupan keseluruhan, pasien yang bersangkutan akan berubah kepribadiannya yang terlihat dengan adanya fase-fase atau tahap-tahap tertentu.
Psikosis dibedakan atas 2 bagian :
  1. Psikosis Eksogen
disebabkan pengaruh patologi pada tubuh, antara lain trauma otak, tumor otak, ensefalitis, keracunan, perubahann arteriosklerotis atau penyakit endokrin.
  1. Psikosis Endogen
Penyebabnya sampai saat ini tidak diketahui, tapi kemungkinan besar disebabkan oleh gangguan metabolisme otak.
Selain skizoprenia, dalam kelompok ini termasuk juga psikosis maniak-depresif.
  Definisi

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang dalam kebanyakan kasus bersifat sangat serius, berkelanjutan, dan dapat menyebabkan kendala sosial, emosional dan kognitif. Skizofrenia adalah penyebab terpenting gangguan psikotis, dimana periode psikotis diselingi periode normal saat pasien bisa berfungsi baik. Pada pria biasanya penyakit ini timbul pada usia 15-25 tahun, jarang diatas 30 tahun, sedangkan pada wanita antara 25-35 tahun.
Skizoprenia adalah istilah untuk sekelompok psikosis dengan berbagai gangguan kepribadian disertai adanya perubahan yang khas dari cara berpikir, perasaan dan hubungannya dengan lingkungan.psikosi merupakan penyakit jiwa berat biasanya mempunyai hayalan, angan-angan, halusinasi dan kehilangan kontak dengan alam sekitarnya. Sebelum penelitian berhasil menentukan bahwa jenis penyakit tersebut diakibatkan oleh penyabab yang bersifat menurun, penyebab fisika atau penyebab kimia, pengobatan diarahkan pada pengendalian gejala, sehingga penderita dapat berfungsi dan hidup dimasyarakat tanpa merusak dirinya dan masyarakat disekitarnya.
 Penyebab
         
Masih belum diketahui mungkin berkaitan dengan terganggunya keseimbangan sistem kimiawi rumit diotak. Dewasa ini hanya ditetapkan adanya faktor keturunan dengan faktor lingkungan sebagai pemeran penting. Asumsi ini didukung dengan adanya skizofrenia dalam suatu keluarga. Penetapan gugus kromosom dengan menggunakan teknik genetika molekuler lebih sulit ditetapkan, karena fenotip seseorang tidak dapat diketahui secara tepat.
Menurut suatu teori, infeksi virus selama perkembangan janin pada kehamilan telah menghambat pertumbuhan antara lain neuron dopaminergik kebagian-bagian tertentu dari otak. Teori dopamin mengatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh hiperaktivitas sistem dopamin dibagian limbis otak. Hal ini bertanggung jawab atas gejala psikotis positif. Dibagian otak lain (cortex frontal) aktivitas dopamin justru berkurang yang menimbulkan gejala negatif.

Beberapa bukti yang terikat menunjukkan bahwa aktivitas dopaminergik yang berlebihan dapat mempengaruhi penyakit tersebut adalah
  1. Kebanyakan obat-obat anti psikosis menyekat reseptor D2 pasca sinap di dalam SSP, terutama disistem metabolit frontal
  2. Obat-obat yang meningkatkan aktivitas dopaminergik, seperti levodopa, amfitamin, apomorphine, baik yang mengakibatkan skizoprenia/psikosis
  3. Densitas reseptor dopamin tubuh terbukti, post morten, meningkat di otak pasien skizoprenia yang belum pernah dirawat dgn obat-obatan anti psikosis
  4. Positron emission tomography (PET) menunjukkan peningkatan densitas reseptor dopamin pada pasien skizoprenia yang dirawat/tak dirawat
  5. Perawatan yang berhasil pada pasien skizoprenia telah terbukti mengubah jumlah homovenillic acid (HVA). suatu metabolit dopamin dicairan serebrospinal, plasma dan urin. Walaupun begitu hipotesis ini jauh lebih sempurna

Obat-obatan pun dapat mengakibatkan psikose, seperti drugs (LSD, XTC, dan mescalin), juga metrinidazol, fenitoin, karbamazepin, dan glikosida digitalis.
  Gejala

Gejala- gejala skizoprenia terbagi atas :
  1. Gejala Dasar
yaitu gangguan :
v  Berpikir ( kacau, lupa tiba-tiba, perubahan urutan berpikir )
v  Efektivitas (acuh tak acuh, hipersensitif, mudah terangsang, hilangnya kontak dengan lingkungan, perasaan yang ambivalen )
v  Pengetahuan tentang diri sendiri ( depersonalisasi, merasa asing sendiri, terpecahnya kepribadian )
  1. Gejala tambahan
v  Halusinasi ( akustik, optik, halusinasi bau dan kecap )
v  Gila ( rasa diikuti, rasa seperti keracunan, gila seks )
v  Gangguan motorik dan aktivitas ( tak mau bergerak-gerak, mutismus, tidak mau melakukan aktivitas )
v  Perubahan bicara ( manirisme, ungkapan-ungkapan aneh, pembentukan istilah-istilah baru, pengulangan terus-menerus)

Dari gejala-gejala diatas, kepribadian penderita psikosis dapat dibedakan  antara lain:
  1. kepribadian sensitif
-          tidak yakin pada diri sendiri
-          kemampuan lemah untuk mengambil keputusan
-          adanya ketegangan yang meningkat dan hambatan emosi
  1. kepribadian anankastia
- peningkatan kesadaran untuk ketertiban dan kewajiban
  1. Kepribadian depresif
-          pesimistik
-          mempunyai mood yang tertekan
  1. Kepribadian hipertemi
-          mood yang gembira
-          rajin bekerja
-          banyak bicara dan
-          keinginan untuk bertengkar
  1. Kepribadian tak stabil
-  kurang kuatnya keinginan yang disebabkan oleh hal-hal sepele
  1. Kepribadian tanpa emosi
- kemampuan terbatas terhadap pengalaman dan rasa kebersamaan
  1. Kepribadian kuerulatorik
-          selalu benar
-          keras kepala
-          tidak mau mendengarkan pendapat orang lain
-          fanatisme
-          tidak pernah menerima bantahan terhadap pendapatnya

Kriteria diagnostik untuk tiap sub tipe :
  1. Tipe Paranoid
§  Preokupasi dengan satu atau lebih waham atau halusinasi dengar yang menonjol
§  Tidak ada gejala-gejala berikut ini yang menonjol : bicara terdisorganisasi, perilaku terdisorganisasi atau katatonik, dan afek yang tidak sesuai.
  1. Tipe Terdisorganisasi
§  Semua gejala ini menonjol yaitu : bicara terdisorganisasi, perilaku terdisorganisasi, dan afek yang datar atau tidak sesuai.
§  Tidak memenuhi kriteria untuk tipe katatonik
  1. Tipe Katatonik
Gambaran klinis didominasi oleh sekurangnya dua dari gejala berikut :
§  Imobililitas seperti katalepsi atau stupor
§  Aktivitas motorik yang berlebihan,
§  Negativisme yang ekstrim atau mutisme
§  Gerakan volunter yang aneh, seperti gerakan stereotipik, manerisme, atau seringai yang menonjol
§  Ekolalia atau ekoprapsia
  1. Tipe Residual
§  Tidak adanya waham, halusinasi, bicara terdisorganisasi, dan perilaku katatonik terdisorganisasi atau kaatatonik yang menonjol
§  Terdapat terus bukti-bukti gangguan
  1. Tipe tidak tergolongkan

 Selain itu ada juga gejala yang berupa simton-simton positif dan simton-simton negatif, yang selalu terdapat bersamaan, tetapi dengan aksen berlainan pada berbagai pasien.
*      Simton positif
Halusinasi, pikiran janggal, desorganisasi kognitif (daya asosiasi terganggu, tidak dapat berpikir jelas),seolah-olah mendengar seseorang memerintahkannya berbuat sesuatu. Prognosa dari pasien dengan gejala-gejala ini yang dominan, dianggap agak baik.
*      Simton negatif
Berupa kemiskinan psikomotoris (berkurangnya bicara dan pergerakan, pemerataan emosional). Pasien mengelak hubungan sosial, menjadi apatis dan kehilangan enersi serta inisiatif. Simton-simton ini menunjukkan bahwa pasien berfungsi sosial buruk, prognosanya kurang baik.

Jalannya Penyakit
           
Fase akut (psikosis) dengan simton positif bertahan minimal 1 bulan dan adakalnya diawali oleh fase prodromal, yaitu menurunnya fungsi pasien dibidang sosial dan komunikatif. Kemudian fase ini disusul oleh fase dengan terutama simton negatif, yang mirip fase prodromal. Dengan pengobatan layak dirumah sakit jiwa, fase akut ini setelah 1-2 bulan umumnya disusul oleh masa remisi (gejala penyakit lenyap atau sangat berkurang).
Penatalaksanaan

Prinsip umum:
  1. Psikoterapi
  2. Farmakoterapi ( antipsikotik ) harus ditunjang oleh psikoterapi
  3. Lebih dari satu pendekatan terapi
Psikoterapi
      
 Dewasa ini para ilmiawan sepaham bahwa penanganan skizofrenia paling efefktif terdiri atas kombinasi dari farmakoterapi bersama psikoterapi, termasuk terapi kalakuan kognitif, yang juga disebut ” terapi bicara”. Dokter/psikiater berusaha membangun hubungan baik dengan pasiennya dan memperoleh kepercayaan mereka, juga mencoba membantu mengatasi problema psikis mereka, serta memberikan petunjuk bagaimana menghadapi masalah. Disamping itu penting sekali untuk menunjang pula secara moril keluarganya yang lazimnya sangat frustasi mengenai pergaulannya dengan pasien.
Kesulitan utama penanganan semua gangguan jiwa adalah tidak adanya keinsafan sakit pada kebanyakan pasien. Mereka menganngap halusinasi dan pikiran khayalnya sebagai suatu yang sejati/riil dan selalu berpikir dirinya tidak sakit, sehingga sering kali menolak minum obat. Skizofrenia tidak dapat disembuhkan, penanganannya bersifat simtomatis, yakni menghalau gejala-gejalanya dan kemudian mencegah kambuhnya lagi. Disamping itu rehabilitasi psikososialnya sangat penting untuk reintegrasi pasien dalam masyarakat.


Farmakoterapi

Pada umumnya pengobatan psikosis berjangka lama, sekurang-kurangnya 2 tahun, tak jarang malah seumur hidup. Guna menghindari terjadinya diskenesia tarda sebagai efek smaping long term, maka disarankan untuk setiap enam bulan diselingi dengan istirahat satu bulan
      Obat- obat antipsikotis digunakan untuk meredakan  emosi dan agresi, dapt pula menghilangkan atau mengurangi gangguan jiwa seperti impian-impian dan pikiran-pikiran khayal (halusinasi) serta normalisasi kelakuan-kelakuan yang tidak normal
Selain daya antipsikotis obat ini juga memiliki bermacam-macam khasiat lain: antara lain:
  1. Ansiolitik:
         dapat meniadakan rasa bimbang, takut, gelisah dan agresi yang hebat
  1. anti emetik
      berdasarkan perintangan  neurotransmisi dari CTZ kepusat muntah dengan             jalan blokade reseptor dopamin.
  1. analgetik
      beberapa neuroleptika mempuyai daya kerja analgetik kuat   (levopromazine, haloperidol, dan droperidol)
  
Sedangkan pembagian obat Skizopren berdasarkan simpton yang muncul :
§    Obat-obat klasik
Umumnya dimulai dari suatu obat klasik, terutama bila diperlukan efek sedatif lorpromazin, trifluoperazin bila sedasi tidak dikehendaki, atau pimozida jika pasien justru perlu diaktifkan. Efek antipsikotika beru menjadi nyata setelah terapi 2-3 minggu. Bila sesudah masa latensi, obat-obat tersebut kurang efektif, perlu dicoba obat-obat lain dari kelompok kimiawi lain. Flutenazin dekaonat digunakan sebagai profilakse untuk mencegah kambuhnya penyakit. Thioridazin berguna pada lansia untuk mengurangi pada GEP dan gejala antikolinergis.
            Obat-obat klasik terutama efektif  untuk meniadakan simtom positif, dan efefknya baru nampak setelah beberapa bulan. Pengobatan perlu dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan lebih rendah untuk mencegah residif, selama minimal 2 tahun dan tak jarang seumur hidup.

§    Obat-obat atypis
Obat-obat atypis lebih ampuh untuk simtom negatif kronis, mungkin karena pengikatannya pada reseptor D1 dan D2 lebih kuat. Sulpirida, risperidon, dan olanzapin dianjurkan bila obat-obat klasik tidak efefktif lagi atau bila terjadi terlalu banyak efek samping.

§ Obat-obat tambahan
         Antikolinergika (trihexyfenidil, orfenadrin) dan beta-blockers (propanolol). Obat-obat ini sering ditambahkan untuk menanggulangi efek-efek samping antipsikotika, terutama gejala extrapiramidal (GEP). Benzodiazepin diberikan guna mengatasi kegelisahan dan kecemasan.

§ Penanganan alternatif
Sejumlah psikiater telah berhasil baik dengan mengkombinasikan vitamin dan mineral tertentu dalam mega dose. Cara ini terdiri dari pemberian nutrien tepat dengan antar perbandingan yang tepat kesel-sel tubuh. Vitamin yang diberikan adalah vitamin C(3x1 g), niasinamida (3x1-2 g), piridoksin (2-3x 250 mg), dan vitamin E (1x 400 mg). Pilihan ini didasarkan pada sering ditemukan kekurangan vitamin-vitamin tersebut diotak penderita skizofrenia.

Obat psikosis dibagi dalam beberapa golongan besar menurut rumus kimianya :
A.    Derifat Fenotiazin
-          struktur cincinnya trisiklik
-          derivate antihistamin
dibedakan atas dasar rantai sisinya dan khasiat yang ditimbulkannya
a.      Senyawa dimetilaminopropil
-          rantai sisinya alifatik
-          antipsikosis dan anti emetik ringan dan sedatif kuat
    • Klorpromazin              (Largactil®, Meprosetil®, Promactil®)
    • Promazin                    
    • Triflupromazin
b.      Senyawa piperidin
-          berkhasiat antipsikosis sedang
-          anti emetik kuat dan efek sedatifnya sedang
-          jarang menyebabkan ikterus dan GEP
§  Mepazin
§  Tioridazin                    ( Melleril® )
c.       Senyawa piperazin
-          bersifat antipsikosis dan emetik kuat, efek sedatifnya ringan
-          resiko GEP meningkat, jarang menimbulkan ikterus dan gangguan darah
§  Asetofenazin
§  Karfenazin
§  Flufenazin                   ( Anatensol®, Modecate®, Motival® )
§  Perfenazin                   ( Trilafon® )
§  Proklorperazin             ( Stemetil ® )
§  Trifluoperazin ( Stelazine®, Stelabid® )
B.     Derivat Tioksanten
-          efek sedatifnya kuat, GEP sering terjadi
§  Klorprotiksen
C.    Butirofenon
-          khasiat antipsikosis dan anti emetiknya setingkat dengan kelompok piperazin, dari derivate fenotiazin-fenotiazin
-          efek sedatifnya ringan
-          resiko GEP besar sekali
§  Benperidol
§  Haloperidol                 ( Haldol®, Govotil®, Seradol®, Serenace® )
§  Droperidol
D.    Lain-lain
§  Sulpirida                      ( Dogmatil® )
§  Garam-garam Li          ( Priadel® )
§  Reserpin                      ( Serpasil® )
1.      Klorpromazin
Khasiat antipsikosisnya lemah dan dapat memperkuat efek analgetik dengan jalan membuat pasien lebih tak acuh bagi rasa nyeri.
Resorpsinya dari usus baik, T½nya ± 16 jam.Efek psikosisnya baru menjadi nyata setelah waktu latensinya dari 2 - 4 minggu, tapi dapat bertahan 1 – 2 bulan sesudah penghentian.
Dosis :
§  po : awal 2-3 x 25 mg dapat dinaikkan sampai 300 - 800 mg/hari dibagi dalam  beberapa kali pemberian. Anak-anak  : 0,2 -0,5 mg/kg/hari dibagi dalam 2 –  3 x pemberian .
§  IV: 25 – 50 mg dalam 250 ml NaCl fis atau Glukosa 5 % iv lambat.
Efek samping:
GEP (Gejala Ekstra Piramidal), ikterus dan gangguan darah
            Gejala ekstra piramidal yang ditimbulkannya
-          Dystonia (kejang-kajang muka, lidah, tengkuk dan punggung)
-          Parkinson (tremor tangan, kakunya anggota-anggota gerak)
-          Akathasia (slalu ingin bergerak  ”restlessness” dan tak berdaya untuk berdiam duduk, akibat kekurangan dopamin diotak)
-          Diskinesia tarda, bentuk GEP hebat, sukar diobati dan kerapkali reversibel (gejala gerakan tak sengaja dari otot mulut, bibir, muka dan rahang

2.      Tioridazin
Khasiat antipsikotis dan sedatif baik, sering digunakan pada pasien sukar tidur. Resorpsinya dari usus baik, plasma T½nya 8-18 jam.
Dosis :
§  po : 150-600 mg/hari (dosis awal dan dosis terbagi ) maks. 800 mg/hari
§  Usia lanjut    : 30 – 100 mg/hari
Efek samping        :  Gejala antikolinergik kuat, dan hipotensi, Ikterus.



3.      Flufenazin
Umumnya digunakan sebagai injeksi kerja panjang guna menjamin  efek  pengobatan. Plasma T½nya 15 jam.
Dosis :
§  po                 : awal 5-10 mg, dapat dinaikkan maksimal 40  mg/hari.
§  Terapi akut : diberikan i.m atau i.v 10-20 mg, kadang diperlukan pemberian ulangan dengan jarak sekitar 1 jam atau 20-40 mg dalam NaCl 0,9  % atau glukosa 5 % infus i.v lambat selama 1-2 jam.
§  Terapi jangka panjang : 12,5-100 mg setiap 3 minggu
§  Usia lanjut    : 6,25 mg, dapat disesuaikan
Efek samping        : mengantuk, apatis, pucat, mimpi buruk, insomnia, depresi, kejang,  konstipasi

4.      Perfenazin
Khasiat antipsikotis kuat dan panjang dan juga berdaya anti emetik kuat.
Plasma T½nya 21 jam.
Dosis :
§  po                 : 2-4 x sehari 8-16 mg
§  Injeksi i.m    : setiap 2-4 minggu 50-200 mg.
§  Efek samping : reaksi ekstrapiramidal, gerakan lidah tak terkendali, oedema otak, kelainan protein cairan otak, kejang dan sakit kepala.

5.      Trifluoperazin
Daya kerja antipsikosis, ansiolitik dan anti emetik yang kuat.
Dosis :
§  po                    : 2- 3 x sehari 20-30 mg, anti emetik dan tranquilizer 2 x sehari 1– 3 mg
§ Efek samping  : lesu, gelisah, mengantuk, pusing, sukar tidur, mulut kering, penglihatan buram, otot lemas, hipotensi.

6.      Haloperidol
Khasiat antipsikotis  dan anti emetik kuat . Dikatakan efektif ada berbagai macam gerakan spontan otot-otot kecil yang diperkirakan karena hiperaktivitas sistem dopamin di otak. Plasma T½nya 18 jam.
Dosis:
§  po                 :  dosis awal 1,5-3 mg/ 2-3 x sehari atau 3-5 mg/ 2-3 x sehari pada
   kasus berat. Pada skizoprenia resisten sampai 100 mg/hari mungkin diperlukan. Untuk lansia dosis awal = ½ dosis dewasa. Anak : dosis awal 25-50 mcg/kg/hari dalam 2 dosis bagi maks. 10 mg.
§  Injeksi i.m       : 2-10 mg tiap 4-8 jam sesuai respon sampai maks. 60 mg. Kasus berat dosis awal sampai 30 mg
§             Efek samping: gejala ekstrapiramidal, diskipnea tardif, insomnia, gelisah, ansietas, euforia,agitasi, sakit kepala, halusinasi, kostipasi, gangguan fungsi hati , dan lain-lain.



DAFTAR PUSTAKA

Mustschler. E. Dinamika Obat Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi, ed. V, Istitut Teknologi Bandung, Bandung, 1986

Hoan Tjay. T, Rahardja. K. Obat-Obat Penting khasiat dan penggunaanya. Ed. IV, Cet. 2, Dirjen POM dan Depkes RI, Jakarta 1986.

Goldenberg. D, A. Brian. HIV dan Psikiatri: Psicosis. Oktober 2000 http://www.mail-archive.com/unair@itb.ac.id/.


Ahmad. H, Skizofrenia Celaru dalam Fikiran, Fakulti Perubatan dan Sains Kesihatan UNIMAS, http://www.Harian Metro Online (Malaysia).htm
 
 
Widodo.U, Bircher.E, Lotterer, Kumpulan Data Klinik Farmakologik, Gadjah Mada University, Cet. 1, Yogyakarta, 1993


Nimia Farma. PT. Panduan Pelayanan Informasi Obat, pembinaan dan pengembangan SDM, PT. Nimia Farma, Yakarta, 2000.


Bagian  Farmakologi UI. Farmakologi dan Terapi, Universitas Indonesia, Yakarta, 1995.

Ikatan Sarjana Farmasi Seluruh Indonesia, Informasi Spesialite Obat Indonesia, Vol. 36, Jakarta, 2002.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar